everyday's tidbits

Monday, December 04, 2006

Kalteng II: Terdampar di Sungai Kapuas


Tanggal 23-24 Nopember kemaren, saya kebagian jalan-jalan ke daerah sepanjang Sungai Kapuas Hilir, yaitu desa-desa Katunjung, Sei. Ahas, Katimpun, Kalumpang, Mantangai, dan Pulau Kaladan. Sungai Kapuas ini, dari hulu ke hilir, panjangnya 600 km, saya hanya menyusuri bagian hilirnya saja. Peta ini saya kopi dari situs Wetlands International.

Saya berangkat dari Pulang Pisau tengah hari, diantar seorang teman dari LSM, dan seorang driver (kali ini bukan vegetarian). Kami harus menyeberang Sungai Kapuas, naik ferry lagi. Kali ini ferry-nya lebih besar, cuma seramnya, ya itu, karena sungai sedang surut-surutnya, beda tinggi antara "pelabuhan" ferry (kami menyebutnya "batang") dengan ferry agak jauh. Batang kayu yang diletakkan menghubungkan "batang" dan ferry mempunyai kemiringan hampir 45 derajat. Saya saja takut-takut menuruninya, maklum terpeleset adalah my middle name, cuma ya kok jarang jatuh. Jadi saya cukup kagum melihat kemampuan driver membawa mobil menuruni kayu setipis itu (diinjak aja melengkung) menuju ferry.

Perjalanan dengan ferry sekitar 10-15 menit-an, gak tahu sih tarifnya berapa. Kemudian kami meneruskan perjalanan ke Mantangai dengan mobil. Sebenarnya ada fasilitas speedboat ke Mantangai, cuma jadinya gak bisa bawa barang banyak dan berat, karena speedboat-nya speedboat reguler yang bawa penumpang. Jadi kami melaju melewati jalan yang kelihatannya hanya kami sendiri saja yang lewat: tidak ada berpapasan dengan siapa pun, kecuali beberapa sepeda motor. Rumah pun bisa dihitung dengan jari tangan. Bisa dibilang jalan yang kami lalui itu bukan jalan: kalo gak batu semua, ya jalan pasir dan tanah merah, yang karena habis hujan, benar-benar becek dan mengancam akan membuat roda mobil terjebak di tengah daerah antah-berantah itu. Untungnya mobil hari itu pakai Ranger, itu aja, haduh.... Gak bisa tidur lah pokoknya (padahal saya kan mampu tidur dalam keadaan apa pun). Omong-omong, sepanjang tepi jalan penuh dengan tanaman paku (kelakai), makanan kesukaanku (dan kesukaan mereka penduduk Kapuas Hilir).

Kami tiba di Mantangai sore jam 3-an. Dari sana, kami menyewa speedboat untuk menelusuri seluruh desa sepanjang Sungai Kapuas Hilir, lumayan mahal juga: Rp 650.000. Ternyata bukan speedboat kecil seperti yang kubayangkan, melainkan longboat: speedboat panjang. Bentuknya mirip sekali dengan kelotok, cuma jauh lebih lebar dan panjang. Sebagai orang yang selalu paranoid kalo-kalo kapalnya miring dan barang-barangku terguling-guling masuk ke air, kapal ini serasa rumah terapung.

Sungai Kapuas sangat luas. Desa-desa di sepanjang Sungai Kapuas Hilir ini cukup unik. Dan untuk ukuran saya yang suka berjalan-jalan, agak terisolasi. Bayangkan, antar desa dipisahkan dan dilingkupi oleh hutan lebat yang luas dan lebar, dan satu-satunya jalan untuk berkunjung antar desa hanya melalui Sungai Kapuas, pakai perahu kelotok. Puskesmas hanya ada satu, yaitu di desa terbesarnya, Mantangai. Untungnya di tiap desa, ada 1 bidan atau mantri (perawat laki-laki). Kebayang kan kalo penyakitnya rumit, bisa mati duluan sebelum keburu dibawa ke Puskesmas. Kalau si dokter Puskesmas (hanya ada 1 dokter umum PNS dan 1 dokter gigi PTT) tidak rajin keliling, tidak akan ada manfaatnya keberadaan Puskesmas di daerah Kapuas Hilir.

Pekerjaan utama mereka adalah petani karet. Dari cerita penduduk setempat, dan dari cerita driver kami yang punya keluarga di daerah sana, karet yang mereka tanam adalah karet lokal, yang mempunyai harga jual lebih murah daripada karet non-lokal. Masa menyadapnya juga lebih pendek. Harga jualnya sulit untuk bersaing, apalagi banyak perantara yang menekan harga jual, karena pada siapa lagi para petani itu menjual? Mau menjual sendiri, terlalu mahal biaya transpornya. Tiap hari mereka menyadap, paling cukup hanya untuk kebutuhan sehari-hari untuk beberapa hari saja. Para penduduk kelihatannya tidak punya kebiasaan menabung, karena pada musim hujan, dimana tidak bisa menyadap secara maksimal, penghasilan menurun, dan angka gizi buruk langsung meningkat.

Angka diare juga tinggi di daerah Kapuas Hilir. Kenapa? Sumber air minum dan MCK mereka adalah air sungai. Tahu kan air sungai Kapuas, coklat. Selain itu, tentu banyak E. coli-nya karena MCK masih di sungai: buang air di jamban cemplung; mandi, mencuci pakaian dan piring, serta sikat gigi di "batang", di situ-situ juga. Untungnya di base-nya LSM tempat aku menginap pakai air PDAM, tapi melihat airnya di bak, hhhh, kok gak kalah coklat dan lengketnya dengan air sungai ya? Itu bener gak sih pemprosesannya? Akhirnya tetep aja semua minum dari Aqua botol. By the way, kamar mandi di base besar sekali, seukuran kamar tidur besar, dari kayu ulin, jadi inget jaman masih kecil dulu di Hulu Sungai :)

Selain sumber airnya yang dari sungai, air sumber itu tidak diproses dulu loh sebelum diminum. Pas naik longboat, saya singgah di tepi sungai, ke sebuah warung minum. Ternyata disodorin gelas berisi air berwarna agak kuning. Saya menatap ngeri ke gelas, dan bertanya, erm, ini airnya dimasak gak Pak? Dijawab: "Kalo dimasak, airnya ya tidak manis lagi, dik." Hah? Jadi? "Ya langsung diambil dari sungai, langsung diminum." Alamaaaak! Saya tanya: "Gak takut diare, Pak?" "Ah biasa sih diare di sini, dik. Nanti juga sembuh." Hwaduh.

Di rumah penduduk lain, ada yang airnya jernih, ternyata ditawas dulu, tapi tetep gak dimasak. Jadi pas malam-malam kami makan di warung, teman-teman pada beli Aqua. Saya kurang suka air dingin, sebenarnya, lebih suka teh panas. Saya pikir kalo panas ya pasti direbus kan. Jadi saya pesan teh panas. Belakangan temenku bilang bahwa yang namanya teh panas tu kalo di warung bikinnya separonya saja air mendidih, separonya ya air sungai itu, kan gak kelihatan lagi kuningnya kalo udah jadi teh. Astaga! Untung saya gak diare. Salut untuk teman-teman LSM yang tinggal di Mantangai. Ada beberapa LSM di sana, paling gak ada 3 yang base-nya berdekatan.

Karena kebanyakan ngomel dalam hati mengomentari air minum orang, rupanya saya kualat. Jam 6 sore, masih di perjalanan lewat sungai, hujan turun dengan lebatnya, disusul dengan mesin longboat yang tiba-tiba mati. Terapung-apunglah kami di tengah Sungai Kapuas. Hari mulai gelap, dan kapal yang lewat tidak mau singgah menarik kapal kami (mungkin kami disangka perampok hehehe, mosok ada perampok naik longboat?). Terpaksa kami berkayuh perlahan ke tepi, sesampai di tepi, kami bermaksud minta tarik dengan perahu kelotok. Ternyata tidak ada yang mau. Seram juga sih sudah gelap, soalnya. Haduh, mana sampelku harus terus-menerus dingin, kalo es batu yang kubawa sudah mencair, rusaklah sampel air yang kuambil seharian. Jadi kami terpaksa turun ke desa untuk beli es batu di Pulau Kaladan, dan mencari perahu kelotok. Akhirnya ada yang mau, tapi bukan untuk menarik longboat. Kamilah yang harus pindah ke kelotok mereka. Jadilah, kami naik kapal kelotok yang kecil banget cuma muat badan, tidak beratap, sebentar-sebentar perahunya miring, mengarungi sungai yang bergelombang besar, di bawah hujan lebat, langit yang berkilat-kilat menyeramkan dan guntur menyambar-nyambar. Mana saya dipayungi lagi, padahal saya protes, takut disambar petir, kan gak lucu kalo paginya aku ditemukan sudah moksa. Dinginnya amit-amit, mana gelap, kelotok kan gak punya lampu. Jadi ya cumpa lampu senter yang kadang dinyalakan. Dan tahu kan bagaimana kecepatan kelotok, seperti siput, mana melawan arus lagi. Rasanya berjam-jam baru sampai. Mana gak kelihatan lagi mau singgah di mana. Untung orang-orang di base, yang heran kok kami gak pulang-pulang, terus menyorot-nyorotkan lampu senter dari "batang". Besoknya saya bener-bener flu.

Esok paginya baru saya sempat melihat-lihat desa Mantangai. Mantangai Hulu mayoritas beragama Kristen, karena banyak orang Dayak. Mantangai Tengah dan Hilir mayoritas menganut agama Islam. Penduduknya ramah-ramah, tapi itu mungkin karena saya dikelilingi orang LSM. Mantangai, dibanding dengan desa-desa lainnya, jauh lebih mirip kota kecil, tetapi jalanannya hanya bisa dimuati 1 mobil. Seperti di desa Timpah, di sini orang pada punya parabola, ada yang 2 sekaligus.

Pagi-pagi ada penjaja kue yang singgah, juga bibi jamu. Ada kue gagatas (ketan ditumbuk dengan terigu dan kelapa parut, digoreng, dan digulingkan pada gula halus), apam, pais (nagasari), donat, roti pisang, dan bikang. Nyam-nyam-nyam, lupa bahwa pastinya tu kue pasti terkontaminasi E. coli juga. Jamu juga diserbu, lagi-lagi lupa bahwa airnya pasti tidak masak. Kebetulan di base lagi penuh sesak orang-orang nginap, dari badan non-pemerintah dan pemerintah. Yang tadinya masih bergelimpangan tidur di lantai, langsung terbangun mendengar ada kue.

Ada hal lucu tentang es batu. Saya kan perlu es batu dalam jumlah besar untuk pengawetan sampel air. Agak ribet, karena sama seperti kebanyakan desa di Kalteng, di Mantangai listrik hanya menyala mulai jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Pada malam hari saya menggunakan kulkas, pada siang hari saya beli es batu. Kebetulan belinya kebanyakan, jadi es itu saya tinggal di base, sambil saya bilang: "Hati-hati lo, ni es batu jangan diminum, airnya pasti gak dimasak." Apa jawaban teman-teman LSM yang orang asli Kalteng? "La iya lah! Mana mungkin es batu dibuat dari air masak? Kalo pakai air masak, mana bisa beku!" Halah halah...

Besoknya saya pulang ke Palangkaraya dulu, dan kali ini, gara-gara sesumbar gak pernah jatuh, pas menuruni kayu dari "batang" ke ferry, saya terpeleset, dan tahu-tahu saya sudah terduduk di atas kayu itu. Anehnya gak terus menggelincir ke air, hehehe. Abis deh lecet-lecet di mana-mana, gara-gara refleks menyelamatkan benda-benda kaca, kamera, dan hp yang saya bawa. Waduh, kalau bercerita sama orang rumah, pasti diultimatum harus pijat nih *hih geli* Dari Palangkaraya, saya pulang ke Banjarmasin dengan teman-teman yang kebagian jalan ke Timpah. Istirahat dulu nih, karena Senin-nya saya mesti berangkat lagi ke Sebangau.

Wednesday, November 22, 2006

"Jalan-jalan" ke Kalteng


Jumat dan Sabtu minggu lalu, dalam rangka prasurvey penelitian, saya berkesempatan berkunjung ke salah satu desa di Kalimantan Tengah. Dulu, tahun 2000 kalau tidak salah, sebelum kerusuhan Dayak-Madura itu, saya sempat ke Palangkaraya, ikut acara pengabdian masyarakat, kerjasama dengan Universitas Palangkaraya, sekaligus menjenguk teman. Waktu itu, jalan ke Palangkaraya masih menyedihkan banget, belum beraspal, tanah merah semua, mana banyak lubang lagi. Kami pakai bis, dan karena jendelanya terbuka, tas hitam saya sudah berubah menjadi merah muda pas sampai lagi di Banjarmasin. Badan serasa aneh, karena kena vibrasi sepanjang jalan.

Sekarang, sangat jauh berbeda, semua jalan sampai Palangkaraya sudah di aspal bagus sekali. Pakai mobil travel ber-AC (Kijang), Banjarmasin-Palangkaraya dicapai dalam 4 jam, termasuk singgah 30 menit di Pulang Pisau untuk makan *halah* Pulang Pisau ini memang jadi persinggahan untuk makan bagi perjalanan antara Kalsel-Kalteng (ke barat), sama seperti Binuang dan Pulau Pinang untuk perjalanan dari Banjarmasin ke Hulu Sungai (ke utara).

Ada beberapa rumah makan di sana, dan rumah makan tempat saya singgah aneh juga, karena dindingnya, kecuali bagian bawah, semuanya adalah cermin. Maksudnya rupanya supaya kelihatan luas (padahal sudah gede bener tu rumah makan), tapi yang ada jadinya pusing (paling gak itu terjadi pada saya). Sempat tercengang melihat jendela yang sepertinya melayang, tetapi ternyata itu karena letaknya di sudut ruangan. Sayang hasil foto tidak kelihatan seperti saya melihatnya di dunia nyata. Omong-omong, makanannya gak enak hehehe... Pilihannya banyak banget, apa saja ada, berbagai masakan ayam, ikan, udang (kecil sampai besar), macam-macam sayuran, belum berbagai snack dan minuman. Saya cuma nyobain "Gery Salut Coklut" (kenapa sih bukan coklat?), dan saya jadi memahami makna kata "salut" di bungkusnya. Pulangnya saya juga menyempatkan beli buah kuini (orang-orang non Banjar bilangnya kweni), haduh baunya itu loh, memabukkan! Rasanya juga syedap tidak ada duanya (mungkin cuma kalah sama buah kesturi).

Dulu, waktu saya singgah di sini bersama teman-teman adik angkatan (ketahuan ya suka gaul sama daun muda), maklum masih muda dan cuek, makanannya bawa sendiri, singgah ke restoran hanya buat pesen teh manis dan pinjem piring dan sendok, bikin cemberut yang punya restoran.

Palangkaraya juga sudah berubah besar, bersih, tapi masih sepi seperti dulu, padahal sudah tengah hari. Saya lihat banyak bangunan baru, bertingkat lebih dari satu. Dulu, cuma satu-dua gedung yang punya tingkat di atas lantai dasar. Maklum tanahnya luas, kantor-kantor seluruh kegiatannya bisa di lantai dasar. Nyaman sekali dilihatnya. Saya lihat juga ada pembangunan Mall Palangkaraya. BCA juga sudah buka cabang di sana.

Dari kantor LSM tempat kami kerjasama survey, kami (saya dan teman-teman dari kantor dan LSM) berangkat ke Kabupaten Kapuas Upstream, yang diperkirakan 4 jam lagi dari Palangkaraya, diantar pake mobil. Saya pikir pasti ketiduran (paling tidak tahan duduk kelamaan di mobil), ternyata tidak bisa, karena jalannnya sebagian besar masih berbatu-batu. Sepanjang tepi jalan tampak bekas kebakaran lahan, serasa lewat di neraka, eh, belum pernah ya. Begini saja, pada pernah main game Silent Hill kan? Atau paling gak sudah nonton? Nah, penampilan lahan di tepi jalan itu persis seperti penampilan Silent Hill saat masuk ke Alternate World. Hitam-kuning mengerikan. Terbayang bagaimana seramnya pas masih terbakar, pasti serasa lewat di neraka. Untungnya kabut asap sudah terangkat sebagian, jarak pandang cukup jauh, di atas 400 m. Di kota Palangkaraya malah bersih sekali.

Sebelum sampai ke desa tujuan, yaitu Timpah, mobil harus melalui 2 sungai kecil, yang sayangnya tidak ada jembatan penghubung antara 2 sisi sungai. Yang ada cuma "ferry" yang dibuat dari 2 buah kelotok (perahu bermesin, berbunyi tok-tok-tok-tok) yang di atasnya dipasangi papan, cuma muat 2 mobil dan 2 kendaraan. Lumayan biayanya Rp 30.000 per mobil. "Ferry" pertama tidak menyeberangkan, tapi mengikuti arus sungai, paling 5-7 menit sudah sampai. Yang lama adalah proses menaikkan dan menurunkan mobil dari "ferry". Saya takut duduk di dalam mobil, jadi saya memilih turun dan duduk langsung di atas "ferry". Wah, kalo driver-nya gak ahli, pasti kecemplung.

Saya juga kagum pada tim "ferry" yang terdiri dari 4-5 orang. Mereka menarik dan mempaskan posisi "ferry" agar mobil bisa naik dengan selamat. Ada beberapa "ferry" yang ada di tepi sungai, kelihatannya mereka gantian. Ada yang saya lihat wajah-wajahnya mirip sekali, rupanya masing-masing "ferry" dipegang satu keluarga. Waktu pulang, kami kepagian, dan mereka masih mandi di sungai, cuma pake celana dalem hihihi... rupanya mereka tinggal di "ferry"-nya itu.

"Ferry" untuk sungai kedua lebih konyol lagi. Yang ini bener-bener menyeberangkan, tidak sampai 1 menit deh perasaan sudah sampai ke seberang. Lurus gitu. Yah mau gimana lagi, tidak ada jembatan. Lebih lama naik-turun dan bayarnya daripada perjalanannya sendiri.

Saya sampai di Timpah hanya dalam waktu 2,5 jam, lebih cepat dari perkiraan. Di sana penduduknya ramah sekali, erm, maksud saya ramah sama orang-orang LSM yang datang bersama saya. Mana kenal mereka sama saya. Untung mereka bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit, jadi saya gak bingung. Kadang mereka bicara bahasa Dayak, yang menurut saya terdengar mirip sekali dengan bahasa Madura (maaf), minus logatnya. Rumah-rumahnya sederhana, dari kayu, tapi.... setiap rumah punya parabola loh. Saya saja tidak punya.

Di Timpah saya tidur di rumah penduduk yang disewa LSM itu. Untuk ukuran rumah penduduk yang sehari-harinya MCK-nya di sungai, teramat sangat bagus, karena ternyata ada kamar mandinya, ada pompa air (dari sumur), dan ada septic tank yang meyakinkan. Air (hasil pompa)-nya bersih sekali, jernih, kalah dengan Palangkaraya yang airnya kuning. Cuma memang berbau dan berasa logam.Tadinya saya sudah kuatir harus mandi dan ke toilet di jamban di sungai. Fffiuh. Padahal waktu kecil saya juga MCK di sungai, sekarang kok jadi takut ya.

Tujuan ke sini sebenarnya mau ketemu sama orang LSM yang kebagian urusan GIS, untuk pemetaan daerah survey, dan kebetulan base-nya di Timpah. Mereka sedang sibuk sekali, sehingga daripada kasian mereka yang turun ke kota, kamilah yang ke sana. Lucunya, listrik di desa Timpah hanya menyala mulai jam 6 sore sampai jam 12 tengah malam. Jadi, sesudah makan malam di rumah penduduk, kami cuma punya waktu 3-4 jam untuk diskusi. Laptop kan tahannya paling berapa lama. Gak tahu juga orang-orang yang punya parabola itu apa worth it ya, wong nyala lampu cuma 6 jam. Sejak keluar Palangkaraya juga tidak ada sinyal hape samasekali, termasuk Flexi. Di Timpah malah tidak ada sambungan telpon, ada wartel telpon satelit. Jadi kalau sudah ke desa di Kalteng sudah lepas hubungan dengan mana-mana, gak tahu deh apa sakit, apa tenggelam, apa diculik.

Oya, makanannya enak sekali, tadinya saya kuatir juga, karena orang Dayak kan makan apa saja, ada yang beternak babi segala. Untung makanannya "aman", oseng kelakai pedas (enaknya!) dan masak habang haruan. Kelakai (Stenochlaena palustris) adalah sejenis paku-pakuan, yang dimakan adalah bagian pucuknya (katanya pucuknya yang merah berkhasiat obat). Haruan itu ikan gabus (daging ikan haruan dipercaya memperceoat penyembuhan luka, sering disuruh makan pada anak habis disunat). Padahal saya tidak suka haruan, karena sejak kecil dicekoki haruan, sampai bosen. Tapi malam itu kok enak ya. Driver kami yang vegetarian (keren amat sih ni orang) terpaksa digorengkan telur. Lucu juga loh, karena punya driver yang vegan gini, kalo makan, kita mesti milih, supaya dia juga bisa makan.

Tengah malam, tup, lampu mati. Ya sudah, tidur deh. Jam 4 pagi ayam sudah berkokok, ya ampyun. Aku tidur lagi, heran tidak ada nyamuk, padahal dinding dan lantai tidak rapat. Juga tidak dingin. Jam 5 terdengar anjing berkelahi di bawah rumah (yap, rumahnya didirikan di atas tiang), saya terbangun. Jam 6 kami harus segera berangkat kembali ke Palangkaraya, karena driver kami penganut Advent yang taat, hari Sabtu jam 9 harus ke gereja.

Jam 8 sudah sampai di Palangkaraya, dan dari sana langsung ke Banjarmasin pake bis. Sumpah, saya gak mau lagi naik bis. Sudah panas (padahal pake AC), lebih mahal dari mobil travel, terguncang-guncang keras lagi. Oke, besok saya jalan-jalan ke Kalteng lagi, mudahan tidak hujan, karena saya akan ke Kabupaten Kapuas Downstream, menyusuri sungai Kapuas pake speedboat. Waduh, pertama kali nih naik speedboat. Doakan saya ya!

Karena saya tidak sempat mengambil foto oseng kelakai, maka saya ambil pic di atas dari postingan JustKay di forum eGullet.

Tuesday, November 21, 2006

Minori


Saya termasuk penonton TV yang jarang (ah, bohong kamu, Min -suara Jimini Jengkerik si penjaga hati nurani-), kecuali kalau pas di rumah, hehehe. Biasanya yang ditonton paling acara makan-makan (terutama Gula-gula *gara-gara ada koki yang cakep ituh* dan Wisata Kuliner-nya Pak Bondan) dan jalan-jalan (terutama Archipelagonya Prita Laura, haduh dia cantik banget sih), acaranya Oprah, OB, Spongebob Squarepants, atau Insert yang bukan Investigasi (habis host-nya luthu-luthu sih).

Kalau "kebetulan" lagi nonton TV, iklan adalah bagian yang jadi alasan untuk mindahin channel atau melakukan pekerjaan lain, seperti misalnya ngambil makanan untuk dikunyah sambil nonton :D Nah, iklan yang satu ini membuat tertarik, karena saya sangka bukan iklan, melainkan sebuah film Jepang yang tumben tidak di-dubbing:

*SPOILER WARNING*

Seorang cewek Jepang bergaun putih pendek berdiri di atas bukit di depan ...., sambil berpikir (dalam Bahasa Jepang) kira-kira seperti ini: "Masih ingat gak ya dia padaku?" Lalu tampak di kaki bukit seorang cowok, juga dalam pakaian 3-pieces putih, kelihatannya sedang mencari-cari, lalu mendadak tersenyum. Si cewek kelihatan hepi karena ternyata si cowok ingat sama dia. Si cewek pun berlari menuruni bukit sambil membentangkan tangan, dan meneriakkan nama si cowok: "Takeshi!" Cowok itu juga berlari menaiki bukit, sambil membentangkan tangan, dan berteriak: "Minori!"

Si cewek berhenti mendadak dan bertanya heran: "Mi... Minori?" Jelas nama si cewek bukan Minori Tahu-tahu seorang cewek (pastinya si Minori) berlari melewatinya ke arah Takeshi sambil berteriak imut: "Takeshi!" Nah, yang lucu, postur si Minori ini. Endut, bajunya merah, dan larinya agak susah karena badannya pendek -atau begitulah perkiraanku sebelumnya- (begitu imuuuuuuuuuuut *muach*). Terdengar ribut gesekan plastik kain bajunya sewaktu berlari. Si Minori melempar diri ke pelukan Takeshi, trus berputar-putar gitu.

Takeshi bilang "Aku cinta padamu" (idih), lalu meledaklah Minori (that's gross), dan benda-benda berbentuk heart bertebaran. Nyam-nyam, dimakan Takeshi (dasar sadis, memakan pacar sendiri). Habis itu, mereka duduk-duduk santai, Takeshi menggelitiki Minori (huekkk!).

Begitu berkesan ni iklan sampe pas ketemu di mini market kemaren, aku beli satu *korban iklan*


PS: saya bukan agen pemasaran Minori, loh...

Wednesday, November 15, 2006

Pusat Studi Korea di Banjarmasin


Hari Senin kemaren, aku tergesa-gesa pulang kantor supaya masih sempat belajar. Ya, hari itu aku ujiaaan! *hiks* Ujian apa sih? Ujian Bahasa Korea. Aku datang ujian dengan perasaan gugup tapi excited. Gugup karena sering bolos. Excited karena sudah belajar, gitu loh. Tahu deh hasilnya. Kelihatannya setiap orang yakin banget dengan dirinya.

Asal mulanya, setengah tahun yang lalu, ketika jaga UMPTN di Rektorat Unlam, aku iseng-iseng jalan-jalan ke gedung di belakang Rektorat, habis lunch. Gedung di belakang Unlam itu dulunya perasaan cuma perpustkaan pusat deh, tapi sekarang bagian kanannya sudah menjadi Laboratorium Bahasa (pindahan dari gedung depan, setelah terbakar), dan sebelah kirinya kini menjadi seperti yang tertulis di depannya: Pusat Studi Korea.

Sejak masih di Jogja, aku sudah tertarik untuk ikut kursus bahasa Korea, sekaligus berminat dengan budayanya. Mulanya tertarik dengan film-filmnya (terutama anything by si cantik Jeon Ji-hyun dan Choi Min-shik) dan musik populernya. Lalu gara-gara Yeyen, teman sekos dulu, yang dapet kesempatan kuliah di Korea selama setahun, aku jadi iri dan pingin bisa juga bahasanya, biar kalo nonton dan nyanyi aku bisa paham.

Mahasiswa yang mempromosikan Pusat Studi Korea di acara Pameran UGM sangat bersemangat sekali, kelihatan seperti orang-orang Korea di film-film. Mereka meyakinkan diriku bahwa belajar Korea itu sangat-sangat-sangat mudah, cukup 1 bulan pasti sudah bisa nulis dan baca huruf-hurufnya yang aneh, yang banyak segiempat dan bulat-bulatnya itu, begitu kata mereka. Waktu itu aku sudah mau mendaftar, tapi karena kesibukan, tidak sempat-sempat.

Sebenarnya, aku selalu berniat mendaftar ke kursus bahasa, tapi tidak pernah kesampaian hehehe. Sebelumnya, aku ingin mendaftar kursus di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Jalan Sagan 3 Jogjakarta yang kelihatan cozy dan menyenangkan, lengkap dengan cafe dan perpustakaannya. Bahkan di auditoriumnya sering diadakan acara diskusi sastra, teater, pemutaran film, termasuk pentas baca dan peluncuran Serat Centhini. Aku juga berniat mendaftar kelas di kursus Bahasa Jepang, juga di Lembaga Indonesia Jepang Jalan Sagan. Asiknya kursus-kursus seperti ini, mereka mencampurkan belajar bahasa dengan belajar budaya. Aku juga sempat mau kursus Bahasa Jerman di Pusat Studi Jerman di daerah Sekip (Jalan Asem Kranji Jogjakarta), tapi gak jadi, karena nauzubillah mahalnya.

Balik ke Pusat Studi Korea di Banjarmasin. Pas aku iseng-iseng ke sana, aku disapa oleh seorang mahasiswa Indonesia dan seorang ibu-ibu dari Korea dengan sapaan khas Korea (waktu itu gak ngerti dia ngomong apaan): "Annyonghaseyo" sambil membungkukkan badan. Aku cuma senyum-senyum gak jelas, sambil menjawab: "Good afternoon." Bego kan. Habis gak tahu mau ngomong apa, aku sudah kuatir jangan-jangan si ibu itu gak bisa ngomong Inggris. Ternyata, dia bisa ngomong Indonesia!

Aku pun bertanya tentang kursus yang diberikan dan langsung mau mendaftarkan diri. Ternyata, hiks, kursus dikhususkan untuk mahasiswa. Wah diskriminasi ini. Akhirnya, karena aku kelihatan begitu kepingin kursus, aku disuruh meninggalkan nomor telpon, siapa tahu mereka suatu hari membuka kursus untuk umum.

Begitulah, 3 bulan yang lalu aku di-sms, diminta datang ke Pusat Studi Korea, karena mereka membuka kesempatan untuk umum untuk ikut kursus, gratis lagi (paling demen sama yang gratisan). Dengan bersemangat, dari kantor aku langsung ke sana. Ternyata, hiks hiks, ternyata aulanya penuh dengan anak-anak krucil, mahasiswa tingkat awal kalau melihat keimutan mereka. Mereka menatap bajuku yang memang aneh sendiri: baju kerja, pake rok lagi. Mahasiswa sekarang kan pada jarang pake rok. Belum aku juga bawa tas kerja, untung hari itu gak menyeret-nyeret laptop. Minder deh. Setelah 1 jam kemudian, ternyata ada juga yang tuaan yang ikut, bapak-bapak dan ibu-ibu berbaju Pemda. Terus ada para dosen juga.

Menurut bapak-bapak berbangsa Korea yang membuka acara, Pusat Studi Korea saat ini hanya ada di 3 tempat, yaitu di Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, dan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Yang di tempat lain aku gak tau, tapi yang di Banjarmasin tempatnya nyaman dan dingin, jendela di sepanjang dinding ruang-ruang belajarnya. Aulanya luas dan tinggi, lantainya kayu. Di dinding berjejer rak-rak rendah dimana tersusun rapi majalah-majalah populer dari Korea (berhuruf Korea), tourist guide, buku-buku tentang negeri Korea, buku cerita, boneka, sepatu, dan macam-macam kerajinan tangan.

Akhirnya, kursuslah saya. Karena tempat kerja dan Rektorat yang beda kota, aku harus memilih hari Senin untuk kursus. Jam 2 lagi, gila kan. Mesti pulang jam 12 dari kantor. Untung cuma sekali seminggu. Sudah itu, hari Senin itu semua pengikutnya para krucil itu. Untungnya tidak ada yang menduga aku bukan mahasiswa, soalnya aku ditanya fakultas mana dan baru (!) semester berapa. Huh, ternyata diriku masih imut rupanya mukanya yah *narsis sendiri*

Boleh sih bangga dengan wajah sendiri, tapi pas begitu sudah ngomongin belajar bahasa, memang otak tua susah dibandingin dengan otak bayi-bayi itu, ketahuan deh bahwa sudah uzur. Lagian model belajarnya benar-benar model jaman baheula ding. Sang guru (si ibu-ibu Korea itu) membaca satu kalimat, semua mengikuti, terus satu-satu disuruh membaca, terus pada akhir session, satu-satu ke depan disuruh menghapal satu halaman percakapan dalam bahasa Korea. Haduh, otakku ini kan sudah gak punya laci lagi! Hu... bete. Para bayi itu dengan mudahnya nyerocos sampai berbusa di depan menghapalkan kalimat-kalimat panjang.

Setelah berminggu-minggu, terbukti kata-kata mahasiswa di Jogja dulu bohong adanya. Huruf-hurufnya yang kelihatan lebih sederhana daripada huruf Jepang dan Cina itu ternyata tidak semudah itu diingat-ingat. Ada banyaks ekali vokal, ada 3 jenis penulisan huruf e, ada 2 jenis huruf o. Belum pengucapannya, huruf j kadang dibaca c, huruf g kadang dibaca k, huh! Kok tidak seperti huruf-huruf Indonesia, what you see is what you get. Kalo didiktekan, susah deh, mau nulis pake huruf e yang mana, o yang mana, apa pake j atau c atau ch, dsb. Belum ngapalin vocabulary-nya. Kamus kecil yang kubeli bener-bener tak berguna, mestinya membeli kamus yang pake tulisan Korea asli. Nah, tetapi kalo tata bahasanya, ternyata tidak seribet bahasa Inggris yang kebanyakan tenses dan irregular verbs. Atau belum?

Sampai sejauh ini, kursusnya agak membosankan. Kulturnya gak diajarin sama sekali. Orang-orang Korea yang tadinya ada di awal-awal masa kursus, sekarang entah pada ke mana, mungkin lagi liburan pulang kampung ke Korea. Sekarang yang ngajar orang Indonesia. Gak ada nyanyi-nyanyi atau maen game :( Diktatnya juga sederhana sekali, bagian tata bahasanya tidak begitu jelas, kalau tidak dengan bantuan situs Learn Korean, aku pasti agak bingung. Tapi mungkin juga itu karena gratis ya. Kalau sudah cukup banyak dapet dasar-dasarnya, aku mau berhenti aja kursus, belajar otodidak saja lah.

Gosipnya, semester-semester ke depan, bahasa Korea ini akan dimasukkan ke kurikulum semua fakultas, mungkin sebagai mata kuliah pilihan. Kalau bukan orang yang memang tertarik pada bahasa, kelihatannya mata kuliah ini akan kurang populer. Yang ikut pun pasti terpengaruh romantika film-filmnya. Waktu gosip ini aku sampaikan ke Dekan dan Pembantu Dekan, mereka cuma tertawa meremehkan, mendengar gosip itu. Pelajaran bahasa kelihatannya sulit mendapat tempat ya di FK? Sekarang Bahasa Inggris saja dihapuskan dari kurikulum hampir semua FK se-Indonesia, dianggap tidak penting, menuh-menuhi transkrip, dan buat mengurangi beban mahasiswa kedokteran yang sudah overwhelming itu. Padahal tanpa Bahasa Inggris, bagaimana mereka bisa memahami artikel-artikel ilmiah dan buku-buku teks yang ditulis dalam bahasa Barat itu? Mungkin disuruh "learning by doing" seperti kebanyakan ilmu di keprofesian dokter :D

Saturday, October 28, 2006

Kuis Ramadhan di Istana


Ramadhan berganti Syawal, berubah juga jadwal bangun tidur. Biasanya pas puasa, bangun pukul 3, lalu bersahur, kemudian nonton Ramadhan di Istana, acara komedi dan kuis pengantar sahur dari Indosiar, yang dimotori oleh Taufiq Savalas (sang presiden Republik BBM tentu saja), Danny P-Project (Menseskab), Abdel, Cak Lontong, Sophie Navita (Ibu Negara), serta Vincent dan Desta sang penyiar radio Istana, bernama Radio BBC (BBM Broadcasting Center). Radio BBC ini mempunyai slogan selama bulan Ramadhan ini, yaitu: "Radio BBC, imsaqnya lebih lama daripada radio lain".

Tadinya tertarik menonton acara ini karena ada pasangan Vincent-Desta yang tahun lalu juga menjadi penyiar radio di Radio 77FM Humor di TV7, acara pengantar sahur lainnya. Padahal aku berharap Radio Humor ini muncul lagi tahun ini, karena chemistry (caila) para pendukungnya sudah pas banget: Vincent, Desta, Arie Dagienk, Tikeu, dan Bedu. Selain itu, acara komedinya 50-50 dengan acara ceramah agamanya, jadi pas banget untuk Ramadhan. Tapi ternyata TV7 menampilkan model pengantar sahur lain, yaitu Kerajaan Sahur, kerjasama dengan TransTV. Apa lagi gak punya duit ya?

Pada heran ya kenapa saya suka Vincent-Desta (selain karena tampang mereka tentu saja). Gak ngerti juga kenapa, padahal grup band mereka Club 80's gak sukses (walau satu-dua lagunya bagus juga), humornya kadang garing, tapi karena content humornya banyakan berkait dengan kondisi tahun 80-an, jadinya obrolan mereka selalu ditunggu. Oke, aku suka mereka karena mereka sejaman dengan aku. Tambahan lagi, acara komedinya Taufiq sendiri, karena mereka juga orang-orang jaman baheula, mereka seperti reuni saja, semua leluconnya hanya bisa dipahami orang-orang yang lahir tahun 60-70an. Well, ada sih yang berkomentar bahwa acara Ramadhan di Istana ini sama sekali tidak mencerminkan acara sahur, karena banyakan komedinya daripada ceramahnya.

Nah, selain humor mereka yang sejaman banget dengan jamanku, ada bagian acara ini yang aku tunggu-tunggu, yaitu kuis yang jauh lebih garing lagi. Loh, kok malaha ditunggu-tunggu? Kuis ini ya seperti kuis-kuis pada umumnya, penonton nelpon, ditanya, disuruh milih salah satu dari 2 jawaban (a atau b), lalu kalo bener dapet duit. Anehnya, jawaban pertanyaan yang disediakan gak ada yang bener, atau dua-duanya bener, sehingga apa pun jawaban penelpon, selalu benar.

Beberapa pertanyaan kuis tersebut ada di bawah ini (pertanyaan kuis ini langsung saya comot dari acara tanpa minta ijin ke penyelenggara acara di Indosiar):

Mengapa batu kalau dilempar jatuh ke bawah?
a. Karena tidak ada temannya di atas
b. Karena semua temannya sudah ada di bawah

Teri apa yang kepalanya besar:
a. teri pake helm
b. teri sombong

Teri apa yang kepalanya lebih besar dari yang tadi:
a. teri sombong pake helm
b. teri sombong sekali pake helm

Bagaimana agar teri tidak sombong:
a. suruh copot helmnya
b. suruh masuk pramuka

Disebut apakah teri yang tidak sombong:
a. teri apa adanya
b. terima kasih

Gajah apa yang paling ringan:
a. gajah difotokopi
b. sate gajah

Kepiting kepalanya ada di mana:
a. di ketek
b. di tempat biasanya

Ayam apa yang bisa hilang:
a. ayam dicuri
b. ayam masuk hutan gak bawa peta

Kambing apa yang stress:
a. kambing yang naik lift jenggotnya nyangkut
b. kambing yang memasuki masa menopause

Kambing apa yang genit:
a. kambing abg
b. kambing yang memasuki masa puber kedua

Kambing apa yang rese:
a. kambing habis minum bir
b. kambing preman

Binatang apa yang paling tinggi:
a. jerapah yang naik puncak Monas
b. semut yang duduk di atas jerapah yang naik di atas puncak Monas

Kenapa sapi jalannya nunduk:
a. malu karena gak ada mobil
b. malu karena anaknya gak ada yang pinter

Apa itu cemilan:
a. cebelum cepuluh cecudah delapan
b. cepuluh kulang catu

Topeng apa yang lunak
a. topeng rebus
b. topeng yang dibungkus daun pepaya

Tahu apa yang paling besar:
a. tahu isi sumedang
b. tahu isi bandung

Di mana letak negeri cina:
a. di buku atlas halaman 65
b. di buku sejarah dunia bab VII

Kata ngabuburit berasal dari bahasa:
a. sunda
b. gaul

Kenapa gajah lampung disekolahin:
a. karena takut masa depannya suram
b. karena takut dijewer ibunya

Kenapa kuda pake kacamata sedangkan kambing tidak:
a. karena kuda sering jalan2 ke kota
b. karena kambing gak sombong

Kenapa patung pak tani di jakarta gak mudik?
a. karena sudah tua
b. karena keluarganya sudah di jakarta semua

Pics of Vincent dan Desta dicomot dari situs Gatra.

Saturday, October 21, 2006

Mooncake (Kue Bulan)

Hari ini tadi iseng-iseng ke Hypermart. Sejak buka Hypermart ini di Duta Mall Banjarmasin pada Juni 2006 (bener gak ya, lupa nih), aku belum pernah sekali pun ke sana. Kabarnya antrian kasirnya panjang, heh, gak sanggup. Lagian, sebelum 21 Cineplex dan Gramedia dan/atau JCo dan/atau BreadTalk buka di Duta Mall, aku malas ke sana. Tapi hari ini, kok jadi pingin ke sana yah. Mom nyuruh aku beli mentega sama gula halus (sebenarnya sih Mom nyuruhnya beli di mini market aja hehehe).

Benar saja, antrian panjang, padahal tahu kan seberapa banyak jumlah kasir Hypermart. Rada tercengang juga dengan bagian makanannya, saking banyaknya variasinya. Alhasil, belanja jadi banyak hehehe. Seneng deh lewat di bagian kue. Sebenarnya pengen beli kue lumpur dan cheesecake, sayang bawaan sudah banyak. Tetapi kemudian mata terbentur pada sebuah kue bundar yang bagian atasnya cantik dan oriental banget, di bungkusnya ada tulisan: Mooncake. Langsung teringat pada Festival Musim Gugur di Cina yang terkenal dengan kue khasnya ini. Sudah lama pengen cobain, tapi belum kesampaian. Akhirnya hari ini ketemu juga.

Mooncake yang aku beli ini produksi Malaysia, bagian atasnya tercetak gambar bunga-bunga lotus. Isiannya berwarna sickly green, dan (mungkin) terdiri dari kacang hijau, tepung, labu (ini menurut my Mom ada rasa labunya), biji teratai, biji labu, diberi aroma pandan. Enak :) Ada yang bungkusan plastik eksklusif, ada yang dalam kotak isi 4 biji, lengkap dengan bungkusan pengawet di sudutnya. Diameternya 10 cm, tebalnya 3 cm. Yepp, aku ukur pake meteran jahit my granny. Sayang tidak ada kuning telurnya di dalamnya, jadi yang kubeli ini ternyata tidak mewakili mooncake yang kucari-cari selama ini (caila, berlebihan). Tapi mungkin baik juga, nanti kolesterolku naik lagi.

Menurut Wikipedia, mooncake yang asli berbentuk bundar atau segiempat, diameternya sekitar 10 cm dan tebalnya 4-5 cm. Kulitnya tipis berwarna kuning keemasan, dalamnya tebal dan padat, dan sering diisi dengan isian yang manis, dan biasanya di tengahnya ada 1-4 kuning telur bebek yang diasinkan, sebagai simbol bulan purnama. Dengan demikian, manis isiannya diimbangi oleh asin kuning telur. Waktu memakan, kuenya dipotong 4, lalu dimakan sambil minum teh. Di bagian atas kue, dicetak huruf Cina yang berarti "umur panjang". Juga ada gambar bunga, atau wanita di bulan, atau kelinci yang mengelilingi huruf-huruf tersebut. Kadang juga ada nama toko pembuatnya, yang bisa jadi lambang prestise. Mooncake aslinya dipanggang, dan tahan sampai 3 bulan. Yang versi tidak dipanggang (snowskin mooncake) hanya tahan paling lama 10 hari, itu pun dalam kulkas.

Isiannya bisa macam-macam, mulai yang tradisional seperti pasta biji lotus, pasta kacang merah (paling suka sama yang ini), pasta jujube (kismis merah), pasta biji melon, biji labu, biji semangka, kacang, jintan, almond, sampai yang non-tradisional apa saja bisa, seperti ayam, bebek, ham, sosis, jamur, taro chips (!!!), nanas, kopi, coklat, melon, kelapa, ubi, leci, cream cheese, ginseng, sampai sarang burung walet (astaga!), sirip ikan, cempedak, wasabi (tidaaaak!!!), berry, tiramisu, teh hijau, pandan, durian, dan es krim. Haagen-Dazs pernah memproduksi mooncake versi es krim *slurp*
By the way, denger kue berisi pasta kacang merah, jadi ingat sama dorayaki favoritnya Doraemon.

Kue ini adalah kue khas Festival Musim Gugur (Mid-Autumn Festival) di Cina, yaitu festival paling besar kedua di Cina sesudah Tahun Baru, dimana mereka merayakan panen musim panas di hari saat bulan dianggap paling penuh dan paling terang, sehingga pas banget untuk perayaan. Mooncake dijadikan parcel hadiah yang dipertukarkan antar keluarga. Katanya membikin mooncake yang tradisional ternyata sulit dan lama, bisa sampe 4 minggu (untuk bikin pastanya), sehingga orang memilih beli daripada membuat sendiri. Makanya dekat-dekat Festival, toko-toko penuh dengan kotak-kotak Mooncake yang segera laris manis.

Festival ini jatuh pada hari ke-5 bulan ke-8 kalender lunar Cina, kalau di kalender kita bisa jatuh antara minggu kedua September sampai minggu kedua Oktober. Tahun ini Festival Musim Gugur jatuh pada tanggal 6 Oktober, sudah lewat ya? Lagian di Banjarmasin tidak ada Chinatown, ada sih Pecinan, tapi cuma nama jalan. Pada malam Festival ini, anak-anak berkeliling membawa lentera. Persembahan makanan diletakkan di altar yang dibangun di halaman. Dupa dinyalakan, lentera-lentera kertas dipasang. Orang-orang duduk di alam terbuka, makan mooncake, sambil menatap bulan, mensyukuri panen mereka tahun itu sambil mengagumi keindahan bulan.

Pengagungan bulan ini bersumber dari sebuah cerita rakyat Cina: Dulu (sekitar 2170 SM), bumi mempunyai 10 matahari, yang mengelilingi bumi bergantian setiap 10 hari sekali (geosentris banget yah). Suatu hari, kesepuluh matahari itu berkeliling bersama-sama, sehingga bumi terbakar kepanasan. Kaisar memerintahkan pada seorang pemanah bernama Houyi agar memanah 9 dari 10 matahari itu. Houyi melakukan apa yang diperintahkan Kaisar, dan memperoleh hadiah pil keabadian, yang hanya boleh dia makan apabila dirinya sudah bersih jiwanya. Pil itu disembunyikannya di rumahnya. Suatu hari, ketika Houyi pergi dari rumah, istrinya (Chang'e) menemukan pil itu, dan, dasar kurang kerjaan, pil itu dimakan oleh Chang'e. Houyi marah ketika mengetahui hal ini, dan ia mengejar istrinya. Chang'e, karena pil itu, bisa terbang ke luar jendela. Houyi terus mengejarnya, namun dia kalah cepat, istrinya telah mencapai bulan. Sesampai di bulan, Chang'e batuk dan sebagian pil keluar dari mulutnya. Chang'e memerintahkan kelinci (yang entah gimana sudah ada di bulan) agar membuatkan pil untuknya menggunakan sisa pil itu agar dia bisa kembali ke bumi. Sampai sekarang, si kelinci belum seleai-selesai juga bikin pil itu. Menurut legenda, Houyi membuat istana di matahari, dan sekali setahun, yaitu pada hari ke-15 bulan ke-8, dia mengunjungi istrinya. Itulah sebabnya bulan sangat terang dan penuh malam itu. Bayangan gelap di bulan saat purnama dipercaya adalah bayangan kelinci yang lagi berkutat bikin obat.

Ada cerita khusus tentang kelinci ini: Tiga peri menyamar menjadi tiga pria tua, dan mereka mengemis makanan pada seekor serigala, seekor monyet, dan seekor kelinci. Si serigala dan monyet memberikan makanan mereka pada pria-pria tua itu, tetapi kelinci, yang tidak mempunyai makanan, melompat ke dalam api dan memberikan dagingnya untuk dimakan. Para peri itu begitu terkesan (aku juga) dan membawa kelinci itu ke Istana Bulan. (Dan sialnya kok ketemu Chang'e dan disuruh bikin obat selama berabad-abad).

Bagaimana Mooncake bisa menjadi bagian dari Mid-Autumn Festival? Nah, ini cerita lain lagi. Pada jaman dinasti Yuan (1280-1368), Cina dikuasai oleh Mongol, yang terkenal sadis dan sewenang-wenang. Pemimpin-pemimpin dari dinasti sebelumnya, dinasti Sung, tidak senang harus tunduk pada kekuasaan Mongol, dan mereka merencanakan pemberontakan. Orang-orang Mongol tidak suka makan Mooncake. Karena Mid-Autumn sudah dekat, orang-orang dinasti Sung memesan Mooncake khusus yang diisi dengan pesan rahasia. Kue ini dikirim ke seluruh rumah di Cina dan semua dilarang memakan kue itu sampai hari tanggal 15 bulan ke-8. Pesan itu meminta agar membunuh orang-orang Mongol. Pada malam itu, pemberontakan berhasil dan pemerintahan Mongol jatuh, digantikan oleh Dinasti Ming. Sejak itu, Mooncake menjadi kue tradisional untuk Mid-Autumn Festival, sekaligus merayakan kejatuhan Mongol.

Tahun depan Mid-Autumn Festival akan jatuh pada tanggal 25 September 2007. Jadi, yang kotanya punya Chinatown, jangan lupa lo, jalan-jalan ke sana untuk beli Mooncake yang tradisional.

Wednesday, October 18, 2006

Tipuan di Angkot

Hari ini puanas buanget deh! Pulang kantor hari ini pake angkot jarak jauh antar kota (Banjarbaru-Banjarmasin) serasa di dalam oven. Angin yang masuk dari jendela aja panas. Pake kipas, yang terasa angin panas. Pas pulang, aku cek situs Weather Underground, glek, dia bilang suhu Banjarmasin (berdasarkan stasiun pengamatan di Syamsuddin Noor, bandara yang terletak antara Banjarmasin dan Banjarbaru) adalah 36 derajat Celcius!!! Ckckck.... Sepanas suhu tubuh dong? Gila, lebih panas dari Surabaya.

Anehnya, sesampai terminal di Km 6, aku bukannya mempercepat perjalanan dengan mode angkutan yang lebih cepat, eh, malah dengan bodohnya memilih angkot lagi untuk pulang ke terminal berikutnya. Rupanya memang ditakdirkan, biar ada bahan nulis blog hari ini hehehe...

Pas aku naik, sudah ada beberapa orang di dalem. Aku naiknya bukan di Terminal, tapi di depan terminal, karena angkot yang di terminal penuhnya lama deh, bisa berjam-jam. Benar saja, gak sampai 10 menit angkotnya sudah penuh (isi 14 orang). Begitu angkot mulai berjalan, bapak-bapak di depanku yang bertampang Jawa (kita sebut saja Mr. A)bertanya pada bapak-bapak di sampingku (kita sebut aja Mr. B). "Ke Pasar Lima jauh pak?" Dijawab: "Dekat, paling 15 menit. Begitu sampai terminal Malabar nanti, jalan dikit aja pak. Kenapa?"
Mr. A: "Gak papa."
Aku mulai merasakan deja vu.

Diam sesaat.

Mr. A: "Sekarang biaya bis mahal ya pak?"
Mr. B: "O iya, apalagi dekat Hari Raya ini. Pesawat, kapal naik semua."
Mr. A: "Iya, saya tadi mau ke Samarinda sekeluarga sama istri dan anak saya. Uang saya tidak cukup. Naik betul tiket bisnya."
Mr. B: "Memang pak, apalagi nanti makin dekat ke hari rayanya. Sekarang anak dan istri bapak mana?"
Mr. A: "Di terminal Km 6. Saya kekurangan uang, jadi mau menjual sesuatu dulu ke Pasar Lima."

Deja vu-ku semakin kuat.

Mr. B: "Mau jual apa Pak?"
Mr. A mengeluarkan sesuatu dari kantung kemejanya, kelihatan ragu, lalu memasukkannya kembali.
Mr. B: "Mau jual apa itu, Pak?"
Mr. A akhirnya mengeluarkan sebentuk cincin dengan pengikat suasa, dengan sebuah batu kuning besar dikelilingi batu-batu berlian imitasi. Cincin besar seperti yang suka dipakai cowok-cocok itu loh.

Sekarang aku yakin ini memang pernah kualami sebelumnya. Sebal. Sebal. Ini yang ketiga kalinya aku melihat orang menipu tanpa bisa ngasi tahu orang yang tertipu.
Selalu pas naik angkot jalur yang ini.
Selalu pas sore hari.
Selalu posisi orang-orang yang sama.
Dan lagi-lagi, selalu ada yang tertipu.
Hhhh, dasar orang banjar paling suka dengan cincin batu. Lagian selalu ada yang cukup kemaruk dengan uang sehingga tanpa ba-bi-bu beli cincin tanpa memastikan dulu keasliannya.
Oke, I spoiled the rest of the story. Biarin.
Semakin sebal lagi karena pengen motret kejadian gak bisa. Huh!
Lagian, aku tidak tahu batu permata. Yaqut itu mungkin tidak hanya kuning, menurut my granny ada juga yang putih, tapi yang kuning lebih mahal, dan kelihatannya khasiatnya juga lebih bagus, misalnya membuka pintu rezeki, cocok untuk berdagang. Sayang gak ada fotonya, hiks.

Mr. B mengambil cincin itu dari tangan Mr. A.
Mr. B: "Wah, ini yakut. Mahal ini."
Seseorang bapak berkopiah haji (sebut saja Mr. C) di ujung lain angkat suara.
Mr. C: "Coba lihat sini."

Cincin berpindah tangan ke Mr. C. Waktu pertama kali ketemu skenario ini, kupikir si Mr. A adalah orang jujur yang bener-bener perlu duit, yang bajingannya adalah Mr. B dan Mr. C yang mau nyuri tu cincin. Jadi tu cincin kuikuti terus, dengan mata tentunya.

Mr. C menatap tu cincin dengan seksama, lalu tahu-tahu menggosokkan batunya ke lantai angkot, trus menggosokkannya ke celananya, trus mengeluarkan kaca (mungkin kaca khusus untuk tukang batu permata) dan mengintip tu batu pake kaca khususnya itu.

Mr. B: "Wah, bapak siapa pak? Dagang batu permata ya?"
Mr. C: "Iya. Saya dagang batu di Martapura. Ini saya baru datang dari Martapura. Wah, ini yakut ini pak. Berapa kemaren belinya?" (Red: Martapura adalah kota yang terkenal dengan penjualan batu permata, terletak lebih jauh dari Banjarbaru, mungkin sekitar 40 km dari Banjarmasin).
Mr. A: "Saya kemaren dikasih saudara saya juga, mungkin belinya 450 rial pak."
Mr. C: "Saya beli ya. Tapi saya gak bawa uang kontan. Saya ada urusan sebentar di Pasar Lima juga. Nanti bapak ikut saya saja ke Martapura. Saya beli di sana."
Mr. A: "Aduh jangan pak, dibeli di sini saja pak."
Mr. C: "Saya gak bawa uang sekarang. Saya beli 900 ribu nanti."
Mr. B: "Na ayo pak, ikuti saja bapak itu, beliau jual batu, jadi tahu harga."
Mr. A: "Waduh jangan pak, kalo bisa dibeli di sini saja. Saya tidak sempat lagi ke Martapura."
Mr. C: "Gimana, saya tidak membawa uang?"
Mr. B: "Sini saya saja yang beli. Tapi sekarang saya ada cash 100 ribu saja. Nanti sisanya bapak ikuti saja saya, saya ke Kayutangi pulangnya, kita ambil uangnya di rumah." (sambil mengeluarkan uang 100 ribu.)
Mr. A: "Jangan pak, lebih baik dibayar di sini saja."
Mr. B: "Soalnya uangnya tidak cukup pak."
Mr. A: "Ya sudah 500 ribu saja lah pak, saya jual."

Saat ini semua perhatian sudah tertuju pada mereka bertiga. Termasuk perhatianku juga dong, yang berdebar2 kali ini apa ada yang cukup bego untuk tertipu, sambil berdoa dalam hati, kali ini jangan ada yang tertipu Ya Tuhan.

Seorang anak muda (cailaa) yang dari tadi mukanya aku liatin kok licin bener (ciahahah) tiba-tiba buka mulut (punya mulut juga ternyata dia, karena dari tadi diem ajah dan keliatan gak punya duit hehehe), kita anggap aja dia Mr. D.
Mr. D: "Berapa tadi pak? 500 ribu?" (sambil meraba-raba dompetnya di saku belakang celana jinsnya).
Mr. A: "Iya pak."
Mr. C: "Beli aja dulu dik, nanti saya beli 900 ribu. Datangi aja saya besok di Pasar Martapura, saya di Pasar Batuah dekat bla-bla-bla (sensor) seberangnya toko si bla-bla-bla (sensor)."
Mr. D: "Ya sini saya beli. Nanti saya jual ke Bapak 900 ribu ya?" (Red: Dasar, cakep-cakep kemaruk lu.) Lalu dia mengeluarkan dompet dan menghitung 500 ribu (amboi banyak juga bawa duit yah mas). Lalu mengasihkan tu duit ke Mr. A. Cincinnya? Dia masukin ke kantong celana jinsnya. Masya Allah. Kok gak dipake? Apa gak takut jatoh? -aku jadi curiga lagi- Sementara itu Mr. C sibuk menuliskan alamat tokonya di Martapura untuk Mr. D.
Mr. B: "Adik kerja apa?"
Mr. D: "Saya jual kerudung, jilbab, di Pasar Hanyar. Besok saya ke Martapura. Hari ini saya cuma ngantar adik saya di depan itu (menunjuk ke bagian depan angkot). Besok saya ke toko Bapak." (sambil memandang Mr. C.)

Haduh, kasian amat sih adik yang cakep tapi loba ini hiks hiks....

Di Terminal Malabar, Mr. A, B, dan C turun dan berpisah jalan. Mr. D pindah angkot bersama adiknya ke arah Belitung. Mudahan uangnya yang 500 ribu rupiah cepat kembali dari sumber rezeki lain.

Sementara aku meneruskan pulang dengan becak saja, mual dengan kejadian tadi.

Sunday, October 01, 2006

Nasi Timbel


Awal bulan kemaren, aku berkesempatan lewat di kota Cilegon. Karena pesawat pulang baru nanti jam 7 malam, sedangkan itu masih siang bolong, diputuskanlah untuk makan di jalan saja, di Cilegon, daripada makan di Bandara, yang rasanya sudah gak keruan, harganya mahal lagi. Pas nanya sama pak sopir, di mana pak yang enak? Pak sopirnya agak bingung, trus dia nanya: "Mau makan nasi timbel?" Aku dengan bersemangat jawab: "Mau mau mau!" (Gak bisa denger nama makanan). Trus setelah beberapa saat diam, aku nanya lagi, "Nasi timbel itu apa pak?" Hihihi... Pak sopirnya jawab gini malahan, "Wah, saya juga tidak tahu." Haaaah??? Bapak ini gimana to, mengusulkan makanan yang dia sendiri gak pernah makan. Tapi karena katanya Nasi Timbel adalah makanan khas Jawa Barat, ya ayuk aja.

Namanya Pondok Selera, di Jalan Ahmad Yani (depan PCI) Cilegon. Halamannya luas. Kayanya jual macem-macem selain nasi timbel. Jangan tanya apa aja yang dijual, aku lupa nyatet menunya, soalnya habis mesan, daftar menunya langsung diambil sama waiter-nya, buat di meja lain, daftar menunya bikinnya dikit banget apa ya?

Tempatnya luas banget. Disekat-sekat dengan setting ruangan berbeda-beda. Sayang gak bawa kamera hiks hiks, adanya cuma kamera henpon, jadi maafkan kondisi fotonya yang kabur. Lagian banyak orang, rada bego juga rasanya moto-moto. Ada yang bersetting rumah kayu jaman dulu lengkap dengan pintu dan jendela kayu berlubang-lubang ventilasi (mirip seperti jendela rumah my granny) plus kursi rotan. Aduhai asik banget seperti di rumah. Ada yang bersetting seperti layaknya di resto biasa. Ada yang bersetting lesehan. Ada satu ruangan berkurung, ternyata ruangan ber-AC khusus untuk non-smoking area, walau sebenarnya gak ada bau rokok kok di ruangan terbukanya, karena luas dan terbuka sekali. WC wanitanya cukup bersih. Ada mushollanya juga.

Tentu saja aku pesen nasi timbel. Pak sopir malahan gak beli nasi timbel, gimana sih pak? Malu-malu gitu dia. Aku juga pesan teh es, eh, maksudku es teh. Di Banjarmasin, orang bilangnya teh es, bukan es teh. Kebarat-baratan, hehehehe. Setelah menunggu beberapa lama (sempet sholat zhuhur deh pokoknya), datanglah minumnya (es teh) dan kobokan. Lalu piring kosong. Kemudian sayur asam, padahal gak pesen, ini menu yang pasti kali ya. Belakangan aku baru tahu temennya nasi timbel ya pasti sayur asem. Masih penasaran nih menunggu seperti apa penampilan nasi timbel.Kemudian juga ada teh hangat. Lah yang ini juga gak pesen. Ternyata teh hangat itu gratis kalo di Jawa Barat, kata Bu Erna. Gak kayak di Banjarmasin, teh hangat Rp 1000 sampe Rp 1500. Heran juga. Sesudah diusut, ternyata tehnya gak pake gula! Ah, pantesan gratis. Ternyata es tehnya juga tidak manis, lupa bilang es teh manis. Teh itu kalo tidak manis bukan teh namanya!

Kemudian sang primadonna datang: nasi timbel. Datangnya dalam keranjang rotan, beralas daun pisang, di dalam keranjang ada sesuatu berbungkus daun pisang berbentuk piramida, lalu tahu goreng, ayam goreng, tempe goreng, bungkusan plastik berisi sambal terasi, ikan asin goreng, sesuatu yang aku tidak tahu (tapi belakangan aku dikasih tahu itu adalah oncom), sesuatu berbungkus daun juga (pepes sesuatu), lalu sepotong pepaya, dan sayur mentah: mentimun, kol, terung bulat, daun selada, dan kemangi. Aku buka bungkusan piramida tadi, ah ini dia nasinya. Ternyata cuma nasi biasa :D kirain nasi lemak atau apa. Ukurannya gede. Kalo biasanya nasi tu dibuat sebulat mangkok, hasilnya kan setengah bola, nah ini satu bundaran bola.

Tahu goreng dan tempe goreng bukan my favourite. Tahu goreng paling enak kalo aku sendiri yang menggoreng, dipotong kecil-kecil, sehingga lebih banyak yang berwarna coklat daripada yang berwarna putih. Aku lebih suka kulitnya daripada dalemnya. Tempe goreng juga aku suka kalau diiris potong panjang-panjang kayak korek api atau diiris tipis dulu biar digoreng kering (atau model mendoan) biar rasa langu tempenya gak kerasa lagi. Ayam gorengnya standar lah. Seperti layaknya rasa ayam goreng. Tidak ada yang istimewa. Sambalnya pedes oi. Ikan asin kebetulan aku suka, c'mon aku berasal dari daerah pembuat ikan asin, ya suka lah. Walau tak bisa dibandingin dengan ikan asin model lain, macam Pakasam atau Iwak Wadi. Oncomnya pedes banget. Enak tapi kok rasanya agak aneh. menurut Bu Erna, oncomnya tidak terlalu enak, dan tidak mewakili enaknya masyarakat oncom pada umumnya. Pepaya juga aku gak suka, lagian kayaknya agak kemudaan. Sayur mentah juga gak aku makan, takut kuman dan telur cacing, tapi kemanginya kok diembat juga hehehe. Nasinya enak, pulen. Jadi, kecuali bahan-bahan yang bukan favoritku, dan teh yang tidak manis tadi, habis semua deh *maklum laper* Satu hal yang aku suka: porsinya lumayan besar untukku.

Kapan-kapan ke sini lagi ah.... (kelihatannya Nopember bakal ke Cilegon lagi nih).

Saturday, September 30, 2006

Steamboat

Pada tahu kan aku suka sekali makan. Untungnya bodi gak bisa gemuk *walau pengen juga sih gemukin lagi dikit* walau bahaya penyakit jantung koroner mulai mengintai (hiperkolesterolemia *hiks*).

Sekitar sebulan yang lalu, aku sampai bosan beberapa hari mendengar adikku menyebut-nyebut steamboat melulu. Katanya steamboat di Restoran Oriental yang baru buka di Banjarmasin (Mal Posindo) rasanya uenak. Lama-lama penasaran juga. Steamboat apaan sih? Restoran Oriental, sounds tidak halal, don't you think? Waktu aku tanya adikku, dia hanya senyum-senyum gak jelas. SUka gitu memang dia, sok enigmatik.

Jadilah aku melangkahkan kaki, er, sebenarnya sih menumpang ikut kendaraan my cousin, Nida (sekaligus mengajak dirinya buat menghabiskan makanan, kalau-kalau tidak enak), ke Restoran Oriental. Terus terang belum pernah ke Mal Posindo. Hmm, pas sampai, kayaknya masih banyak ruang kosong, maklum, baru. Kami naik ke lantai 3, ah itu dia Resto-nya sebelahan dengan Bakso Lapangan Tembak. Sepi, kosong. Bakso Lapangan Tembaknya lumayan rame. Interupsi dikit: menurutku segalanya di Bakso Lapangan Tembak overprized dan gak enak, kecuali I Fu Mie-nya. Itu pun tergantung yang masak siapa.

Kami masuk ke Restoran Oriental yang sama sekali tidak bersuasana Oriental itu. Tempatnya kecil. Kami duduk di dekat kaca, dan mulai memesan. Tentu saja Steamboat 1 porsi. Menurut Nida, porsinya besar, jadi cukup pesan 1. Terus kita juga pesan Sapi Lada Hitam 1 porsi. Dan Ayam Asam Manis (kalo gak salah nih, sudah bulan lalu sih). Dan seperti biasa, aku pesen Freshtea 2 for myself dan Nida pesan es jeruk.

Datanglah Steamboat-nya. At least, itulah yang aku duga namanya Steamboat. Alamak, gedenya pancinya. Satu panci berbentuk kayak cetakan bolu jaman dulu yang berlubang di tengah ditaruh di atas meja dengan asap mengepul-ngepul. Di dalamnya ada sup berisi potongan-potongan ayam, udang, tahu, jamur, sawi, ikan, bakso sapi, cumi-cumi, kubis, kacang polong, kentang, dan entah apa lagi. Baunya aneh, agak-agak berbau asap gitu. Rasanya juga. Tapi kok enak ya..... Kami mulai menimba dari panci dan makan sop bermangkok-mangkok.

Habis itu, diantarlah Sapi Lada Hitam dan Ayam Asam Manis-nya. Haaaah! Porsinya porsi kuli! Piring lonjong besar penuh berisi sapi dan ayam. Aku dan Nida agak tercengang. Mbak-mbak yang nganter makanan lebih heran lagi. Mereka bilang gini: "Banyak banget mbak pesannya, ini kan porsi 1 keluarga". Kami mesem-mesem gak jelas. "Lapar, mbak," kata my cousin. Tanpa ba bi bu lagi, semua makanan langsung diserang. Sapi Lada Hitamnya uenaaaaak banget!

Gini ya teman-teman, trik biar semua makanan di meja habis tanpa bersisa, adalah dengan mengurangi makan karbohidrat. Makan nasi sesedikit mungkin, juga sesedikit mungkin mi, kentang, dan singkong. Makan lauknya saja. Lagi makan, si pemilik resto (bapak-bapak setengah baya) mendekati kami dan ngomong sambil senyum (sok) menenangkan: "Santai aja makannya, gak usah tergesa-gesa." Heh? Dia pikir kami tidak bisa menghabiskannya? Tunggu saja.

Akhirnya, sukses juga menghabiskan semuanya, kecuali steamboat-nya. Sisa steamboat kami bawa pulang, bisa buat 1 kali makan lagi.

Yang tidak tahu Steamboat, rugi deh. Bagi yang hobinya makan all-you-can-eat, steamboat asik banget. Steamboat, atau hotpot, atau huo guo, atau da been lo, adalah makanan yang aslinya dari Mongolia, lalu kemudian menyebar dan populer di Cina. Steamboat terdiri dari sebuah panci (pot) panas (hot) mengepul-ngepul yang ditaruh di atas meja, berisi sup ayam, dikelilingi oleh piring-piring berisi macem-macem irisan tipis daging, ayam, telur, ikan, kerang, udang, bakso ikan, bakso daging, cumi-cumi, jamur, tahu, kentang, dan sayuran; irisan-irisan itu dicelupin di steamboat lalu dimakan panas-panas pake macam-macam saos. Kalo isinya sudah habis, dimasukkan mie, jadi mie kuah deh. Nah, karena bentuk pancinya yang mirip steamboat, ada lubang di tengah-tengah tempat api lewat, maka makanan ini dinamai steamboat. Steamboat biasa dimakan pas musim dingin.

Kata Wikipedia, di Cina, steamboat mempunyai makna kultural kebersamaan, karena steamboat biasanya dimakan sekeluarga, makan langsung dari 1 panci yang sama. Duduk mengelilingi steamboat melambangkan persatuan dalam keluarga/klan. Biasanya mereka makan perlahan-lahan dan santai, sambil ngobrol-ngobrol, kadang bisa seharian penuh (ya ampyun, apa gak kekenyangan tuh?). Korea juga punya steamboat, cuma lebih pedas. Di Jepang, ada macam-macam variasi steamboat, termasuk Sukiyaki dan Shabu-shabu.

Steamboat yang di restoran Oriental agak aneh juga, gak ada saos-saosnya. Jadi kalo mau, pake saos botol ABC aja. Dan rasa asapnya kentara banget. Tapi ya abis juga kan akhirnya. Sayangnya, restoran ini tutup sekarang, gak tau apakah hanya pas puasa ini, atau tutup selamanya. Kenapa ya tutup? Kok jadi curiga.

Pics diambil dari Wikipedia dan Yummy Corner.

Thursday, August 17, 2006

Layanan 3G oleh Telkomsel

Waktu baca sekilas-sekilas Kompas pagi Rabu, aku lihat iklan Telkomsel sehalaman penuh. Tentang ajakan jadi 10.000 orang pertama yang akan dapat menikmati serunya dunia 3G Telkomsel. Bagi yang punya ponsel 3G, bisa mengirim ke SMS dengan isi pesan "3G" (tanpa tanda petik) ke nomor 3636 untuk mengaktifkan fasilitas 3G.

Dengan demikian, paling lambat sebulan lagi (kata Telkomsel sih ini), pelanggan 3G-nya bisa menikmati fasilitas video call, mobile TV, video streaming, content download, high-speed data access, dsb. Telkomsel sudah menandatangani kerjasama dengan Nokia, Ericsson, dan nantinya Siemens, untuk mendukung layanan ini. Telkomsel juga bekerjasama dengan SCM, Metro TV, Bizcom and Elasitas untuk penyedia content untuk mobile TV dan video-streaming. Sialnya, untuk tahap awal, layanan 3G baru akan tersedia di 9 kota (dan itu tak termasuk Banjarmasin): Medan, Palembang, Batam, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makassar and Balikpapan. Pada akhir 2006, katanya akan meningkat menjadi 20 kota.

Para early-adopters yang 10 ribu orang itu (lagi-lagi katanya) akan dapat penawaran gratis dan tarif khusus. Gak tau deh berapa tarifnya yang dibilang khusus itu. Mudahan setara dengan layanannya. Sampai saat ini, aku tetep puas dengan pelayanan Telkomsel (Red: ini bukan iklan, tapi kalo mau kasih honor karena nyebut2 gini, nanti saya sms-kan nomor rekening saya, Telkomsel).

Dengan demikian, Telkomsel adalah provider seluler pertama di Indonesia yang memperkenalkan 3G secara komersial. Mungkin sebentar lagi Indosat dan XL juga akan meluncurkan layanan 3G, karena mereka juga punya lisensinya. Di Asia, Indonesia adalah nomor 3 sesudah Singapura dan Malaysia yang meluncurkan 3G. Oya, sejak tahun lalu Indonesia juga meluncurkan jaringan 3G lainnya, yaitu CDMA2000 1xEV-DO, dan sudah diujicoba oleh Telkom, Mobile-8, dan Indosat.

Apaan sih 3G? Aku tadinya juga tidak tahu. Waktu nyari-nyari ponsel yang ada kemampuan EDGE-nya, kupikir itu sudah 3G, ternyata belum. Waktu baca review ponsel dan artikel-artikel terkait ponsel di tabloid ponsel atau di internet, banyak istilah-istilah yang tidak dimengerti, macam HCSCD, EV-DO, W-CDMA, UMTS, EGPRS, dan banyak lagi. Habis jalan-jalan ke Wikipedia, ternyata itu adalah istilah-istilah untuk teknologi transfer data. Aku coba sarikan di sini sesuai pemahamanku ya. Siapa tahu berguna bagi orang awam sepertiku yang lagi pengen beli ponsel.

Ada beberapa standar pelayanan transfer data, mulai dari 0G sampai 4G, mulai yang kecepatan terendah sampai tercepat. Aku kenal ponsel sejak era 1G, waktu itu temenku, yang jadi dosen komputer, ponselnya masih AMPS. AKu baru beli ponsel waktu sudah era GSM, yang termasuk 2G. HCSCD dan GPRS masuk antara teknologi 2G dan 3G, biasa disebut 2.5G. CDMA2000 1x dan EDGE disebut dengan teknologi 2.75G. W-CDMA dan 1xEV-DO masuk kategori 3G.

GSM (Global System for Mobile Communications) adalah standar ponsel paling populer saat ini, sehingga kita bisa membawa ponsel GSM kemana-mana di dunia. Kualitas suaranya tingginya, tetapi biaya relatif murah. GSM merupakan jaringan seluler, yang artinya ponsel berhubungan dengan jaringan GSM dengan mencari sel yang terdekat. Ada 4 range frekuensi yang digunakan, tapi paling banyak di 900 dan 1800 MHz.

HCSCD (High-Speed Circuit-Switched Data) adalah pengembangan dari sistem GSM (CSD), dimana dia menyediakan beberapa slot sekaligus, sehingga bahkan pada cuaca buruk, transfer datanya berkali-kali lipat lebih baik dari GSM. Cuma, ya itu, harganya jadi lebih mahal.

GPRS (General Packet Radio Service) berbeda dari GSM, dimana kalau pada GSM, begitu terhubung, maka sirkuit itu hanya bisa dipakai oleh si pemakai, sedangkan pada GPRS, pada satu saluran bisa dipakai beberapa orang sekaligus, dan bandwidth hanya digunakan bila lagi mentransfer data. Dengan demikian, walaupun GPRS bekerja dalam jaringan GSM, pemakaian GPRS tidak ditagih berdasarkan lama koneksi, tapi berdasarkan besar data yang ditransfer. Kalau kalian baca juga di iklan-iklan ponsel, ada GPRS class ini, class itu, ada yang GPRS 4+1, GPRS 3+2 dan macam-macam lagi. Nah class itu maksudnya memberikan indikasi seberapa banyak slot yang bisa dia pakai. Ada GPRS class 1 sampai class 12, semakin tinggi class-nya, semakin tinggi kecepatan transfer datanya. Kalo ditulis GPRS 4+1, itu maksudnya downlink slots-nya 4, dan uplink slot-nya 1 (= GPRS class 8). GPRS class 10 = GPRS 4+2. Kalau dibandingkan dengan HCSCD yang sama-sama termasuk 2.5G, GPRS lebih murah. Tapi kalau untuk download, HCSCD lebih baik, sih, katanya, karena circuit-switched data selalu lebih diprioritaskan daripada packet-switched data di sebuah mobile network.

CDMA2000 menggunakan CDMA (Code division multiple access), yaitu teknologi radio digital mobile yang mentransmisikan data dalam saluran yang dibagi-bagi menggunakan kode-kode (opo siy ini maksudnya). CDMA memungkinkan banyak radio sekaligus menggunakan saluran frekuensi yang sama. Jadinya, tentu lebih cepat dari GSM. Ada macam-macam standar CDMA2000, mulai CDMA2000 1x (1x disini maksudnya bekerja pada 1 pasang saluran radio 1,25 MHz), CDMA2000 3x (3x1,25 = 3,75 MHz --> belum rilis), CDMA2000 1xEV-DO (CDMA2000 1x plus kemampuan high data rate: downlink data sampai 3,1 Mbps dan uplink sampai 1,8Mbps) dan CDMA2000 1xEV-DV (lebih cepat lagi dari 1xEV-DO). CDMA2000 1x masih masuk 2.75G, sedang yang lain-lainnya sudah masuk 3G.

EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) atau sering juga disebut EGPRS (Enhanced GPRS) adalah pengembangan GPRS. Karena juga merupakan GPRS, EDGE bekerja dalam jaringan GSM, tetapi membutuhkan mobile set yang sudah mempunyai teknologi EDGE. Secara kecepatan, sebenarnya EDGE sudah bisa masuk kategori 3G.

W-CDMA (Wideband Code Division Multiple Access) adalah teknologi yang berada di belakang UMTS (Universal Mobile Telecommunications System), yang masuk dalam teknologi 3G. UMTS menggunakan infrastruktur GSM, dan mampu mentrasfer data sampai 1920 kbps.UMTS menggunakan sepasang saluran 5MHz, satu di range 1900 untuk downlink, dan 2100 untuk uplink. Walaupun menggunakan infrastruktur GSM, ponsel GSM biasa tidak bisa digunakan di jaringan UMTS. Ponsel yang mendukung 3G biasanya mempunyai dual mode: GSM & UMTS, jadi ponsel itu bisa menelpon memakai jaringan GSM. Kalau sedang menelpon sambil berpindah tempat ke daerah tanpa jaringan UMTS, maka dengan halusnya ponsel akan berpindah ke jaringan GSM. Jeleknya, ponsel seperti ini boros batre.

So, are you ready for broadband internet connection from your mobile?

Pic from: http://detikinet.com/

Wednesday, August 16, 2006

KLB* 2 tahunan (Subject: My Cell Phone)

Artikel Kompas Minggu lalu (edisi 13 Agustus 2006) berjudul "Separuh Otakku Kujinjing Semua" membicarakan tentang seberapa besar arti sebuah benda bagi seseorang. "Benda" yang dibicarakan di sini adalah gadgets yang sudah begitu lengket dengan kita, macam laptop, ponsel, PDA. "Apabila kehilangan itu mampu membuat dia melakukan refleksi diri yang mendalam dan berpikir ulang tentang hidup, benda itu pastilah sesuatu yang sangat bermakna dalam hidupnya." Hmmm, aku mengalami hal serupa dua kali, terakhir awal bulan ini, walau tidak sampai segitunya bikin "refleksi mendalam dan berpikir ulang tentang hidup", hihihi....

Pada tahun-tahun 90-an, aku sering melihat dosen menenteng-nenteng hape segede batu bata ke sana kemari, dan waktu itu aku berpikir: bodoh banget sih mau-maunya bawa barang gak penting (bagiku) sebesar itu kemana-mana, dan diam-diam bilang dalam hati bahwa aku tidak akan pernah tertarik trend telpon genggam seumur-umur.

Mulai bekerja sambil kuliah pada akhir tahun 1990-an, mulai merasakan enaknya punya gaji sebagai seorang single. Bingung mau ngapain dengan gaji itu, mulailah hobi belanja buku. Tahun 2000 akhir, sesudah kenal internet dan jadi banyak kenalan yang rata-rata punya hape, kok jadi berpikir-pikir punya. (Tanda bahwa dengan peningkatan pendapatan, kebutuhan kita juga bertambah.) Akhirnya terbelilah Nokia 5110, "henpon seribu umat" yang tebal itu. Waktu itu harga barunya masih Rp 1 juta. Wah, bangganya bukan kepalang (sudah lupa dengan celaan pada dosen bertahun-tahun sebelumnya). Sejak itu jadi hobi baca berita ponsel (saking sedikitnya perkembangan ponsel waktu itu). Tapi aku tidak ketergantungan dengan ponsel. Belum.

Tahun 2002, ketika mau sekolah lagi, Nokia 5110 mulai ngadat. Harap maklum, aku sering sekali menjatuhkannya. Ponsel yang satu ini kan memang tahan banting. Karena bakal pindah tinggal, orang-orang rumah protes dong kalo susah dihubungi. Berpindahlah aku ke Nokia 3110: lebih tipis, tapi masih cukup besar. Tahun 2004, ponsel ini dicopet di bis di Jogjakarta (gara-gara ini, jadi kenal yang mana copet, yang mana yang cuma bertampang copet padahal mahasiswa biasa).

Bertahan 2 minggu tidak pake ponsel, akhirnya sesudah didesak-desak teman dan family, aku beli lagi, Nokia 3100. Fitur organizernya benar-benar simpel tapi memuaskan plus kemudahan aku upload macam-macam midi: aku maunya ringtone yang orang lain gak ada yang punya. Ponsel yang satu ini ketahanannya luar biasa, sama dengan N5110, sudah kebanting ribuan kali, masih bagus-bagus aja. Palingan cuma beset-beset. Perilakuku terhadap ponsel yang sebenarnya paling aku sukai ini tetap macam enggak butuh: sering ketinggalan di mana-mana. Di laci kantor pas weekend, di meja rumah makan, di meja orang lain, di mana-mana. OK, aku akui deh, aku orangnya pelupa.

Nah, awal bulan ini, akhirnya kena batunya juga. Ponsel itu, habis dipakai nelpon-nelpon dan sms-an, ketinggalan di taksi di Jakarta. Aku baru menyadarinya sekitar 1,5 jam kemudian. Huh. Langsung misuh-misuh, karena itu kan lagi di luar kota. Aku perlu banyak nomor telpon, mulai teman di Jakarta, bos proyek di Jogja, taksi, penginapan, dsb. Baru sadar ternyata tu barang penting banget. Sebagai orang yang sulit mengingat angka, yang ada di otak cuma nomor hape sendiri dan nomor rumah :P Sesudah usaha memperoleh kembali hape yang hilang (minimal kartu SIM-nya deh *sok gak perlu ponselnya*) tidak berhasil, akhirnya aku beli juga. Kali ini cuma tahan gak punya ponsel 4 hari. Tanpa perlu refleksi diri mempertanyakan tentang arti hidup. Pokoknya aku gak bisa pisah dengan ponsel, titik.

Sialnya, tidak seperti dulu, sekarang pilihan ponsel begitu bervariasi sehingga aku langsung pusing begitu masuk toko ponsel. Padahal sudah doing research di internet, tetap aja serasa ditimbuni dengan produk-produk ponsel. Akhirnya, lagi-lagi, beli Nokia. Oya, ini bukan iklan Nokia lo ya. Aku itu sebenarnya gak "brand-minded" (ah bohong kamu min), tapi karena temen saya (yang orangnya keren dan karismatik) kerja di Nokia, jadinya kebeli Nokia deh (paling lemah hati sama yang karismatik).

Apa kalian melihat ada pola di sini? 2000: pertama beli. 2002: rusak dan beli lagi. 2004: dicopet dan beli lagi. 2006: hilang dan beli lagi. Ini kejadian yang berulang tiap 2 tahun sekali! Sudah digariskan Tuhan kali ya? -sok penting- Berarti 2008, bakal beli lagi, hmmm..... Kali ini, hilangnya lebih keren dong lokasinya: jatuh dari puncak Himalaya, gitu. Atau dicopet gorila di hutan Amazon. Atau ketinggalan di Mars pas survey kelayakan air bersih di sana.


* KLB = Kejadian Luar Biasa. Istilah Ilmu Kesehatan Masyarakat. Biasa digunakan untuk menyatakan kejadian luar biasa (*roll your eyes*) dari penyakit di daerah tertentu. Misalnya wabah diare, wabah demam berdarah, dsb, yang muncul musiman dan berulang setiap periode tertentu.

Sunday, July 09, 2006

Terobsesi dengan Mozilla Thunderbird

Beberapa bulan lalu, aku diperkenalkan pada Mozilla Thunderbird oleh seorang teman. Kurasa semua sudah pada tahu, Mozilla Thunderbird adalah salah satu software-nya Mozilla, yang merupakan email software, seperti Microsoft Outlook atau Netscape Messenger atau Eudora, etc.

Dulu, waktu pertama kali kenal internet, tahun 2000, aku pakai Microsoft Outlook. Kemudian, karena browsing dengan Internet Explorer adalah pengalaman yang menyebalkan, bahkan sampai sekarang juga masih menyebalkan, aku kemudian meng-install browser Netscape Navigator, sekaligus email software-nya Netscape Messenger. Aku langsung suka dengan Netscape Messenger, dan asiknya, Norton Antivirus bisa diintegrasikan dengan email software ini. Netscape Messenger ini aku pakai cukup lama, sampai 2001 akhir, kalau tidak salah. Waktu itu Yahoo!Mail masih bisa di pop3. Bisa diforward juga. Jadi waktu itu semua email berbasis web aku forward ke email addressku di ISP, lalu ditarik pake Netscape Messenger. Kemudian tiba masanya Yahoo!Mail menghentikan fasilitas POP3 dan Email Forwarding. Aku pun berhenti memakai email software, dan mengakses email langsung di web. Email-email jadi banyak yang tidak terbaca, karena malas sekali bacanya online.

Nah, baru tahun ini, ketika aku mulai coba-coba nge-blog dan mulai suka baca blog dan newsfeed, aku merasa memerlukan 1 email software yang bisa tarik RSS Feed dengan memuaskan. Apalagi ketika kemudian aku menemukan situs yang menunjukkan cara mem-POP Yahoo!Mail yang beralamat di yahoo.com (bukan yahoo.com.sg). Nah, di sinilah temanku mengusulkan pake Mozilla Thunderbird. Untuk browser aku tetap pakai Opera, karena serasa lebih mudah dan cepat dan simpel daripada Mozilla Firefox.

Sejak meng-install Thunderbird dan YPOP, aku jadi ketagihan. Sekarang browsing hanya kalau mau menulis blog atau kalo mau ngintip blog teman-teman. Sisanya, dihabiskan buat mengisap RSS feeds dan semua email di yahoo.com, termasuk semua email milis-milis Yahoo!Groups yang di-Daily Digest. Tagihan internet (yang sedihnya masih dial-up, hiks hiks) jadi menurun :)

Tapi sebaliknya, waktu untuk membaca RSS feeds dan email serta postingan milis jadi meningkat, karena bacanya offline. Rasanya kalo belum buka Thunderbird, mendownload dan membaca itu semua di pagi hari dan malam hari, serasa ada yang kurang. Aku berlangganan 39 RSS feeds (sebagian besar dari Reuters, BBC, NYT, dan Blogcritics, kemudian dari beberapa situs gadgets dan internet, beberapa situs dan blog buku, dan tentu saja wikiHow), men-daily digest 4 milis, serta mendownload satu-satu dari 9 milis yang tidak serame keempat milis yang ku-daily digest. Gara-gara ini, aku jadi kurang waktu untuk membaca buku :( Waktu membaca hanya bisa sepanjang perjalanan pergi-pulang ke kantor (jarak rumah-kantor 1 jam).

Ada gak terapi/solusi/obat mengatasi ketagihan Thunderbird? Hehehe.... This does not mean that I want to be cured, mind you :)

Thursday, July 06, 2006

SPMB 2006 Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin


Kemaren dan hari ini, tanggal 5-6 Juli 2006, Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin padat dengan manusia. Maklum pada tanggal-tanggal itu, para calon mahasiswa baru mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) atau UMPT kalo istilah jaman aku dulu. Nah, tahun ini, sesudah terakhir bertahun-tahun yang lalu, aku kembali kebagian tugas mengawas. Bukan sesuatu yang aku sukai sebenarnya, hiks hiks, bosennya itu loh gak ketulungan, kan jadi ngantuk kalo tidak melakukan apa pun selama berjam-jam.

Tahun ini, di seluruh Indonesia terdapat 340.348 cama atau calon mahasiswa (hmmm, cama-cami kok mengingatkan pada istilah perpeloncoan ya?) yang berkompetisi memperebutkan 90 ribu kursi di 1799 program studi di 53 perguruan tinggi negeri. Sekitar 1 banding 4, lah. Banjarmasin termasuk Regional II, bersama-sama daerah Kalimantan lainnya, Jateng, dan DIY. Yang ikut ujian di Regional II sebanyak 56.708 orang. Yang ujian di Unlam Banjarmasin sebanyak 3.080 orang yang terdaftar, tetapi sebanyak 103 orang ternyata tidak hadir pada hari pertama SPMB, tidak tahu kenapa. Mungkin ada yang sudah lulus PMDK dan harus mengikuti matrikulasi.

Tahun ini Unlam mentargetkan menerima mahasiswa baru sebanyak 2.675, terdiri dari penerimaan melalui jalur SPMB sebanyak 1.430 orang, jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) sebanyak 1.100 orang, jalur mandiri alih jenjang sebanyak 40 orang, dan jalur mandiri reguler sebanyak 105 orang. Apaan ya itu jalur mandiri?

Yang mandiri alih jenjang di sini sepertinya yang dimaksud penerimaan mahasiswa alih jenjang PS Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Unlam, yang memang ditujukan untuk lulusan D3 kesehatan yang ingin meningkatkan pendidikannya menjadi sarjana. Kebanyakan sih yang ikut orang yang sudah bekerja, makanya kuliahnya cuma Sabtu-Minggu, selesai cuma dalam 4 semester.

Yang jalur mandiri reguler ni kelihatannya benar-benar jalur mandiri, tanpa tes. PS Kesehatan Masyarakat jalur reguler memang hanya dibuka untuk jalur mandiri, biasanya yang tidak lulus PMDK di FK (PMDK untuk masuk FK Unlam memang diberikan tes tambahan yaitu tes kemampuan akademik, psikotest, dan tes kesehatan; makanya namanya PMDK Plus) ditawari masuk ke PS Kesehatan Masyarakat. Selain itu, PS Farmasi (di bawah Fakultas MIPA) juga hanya menerima mahasiswa melalui jalur mandiri. Menurutku jalur mandiri ini membuat input mahasiswa kurang kompetitif, kenapa tidak dibuka jalur SPMB saja?

Ini denah pelaksanaan SPMB. Menurutku kurang akurat nih denahnya, aku kan jaga di Lantai 3 Gedung Rektorat, kebagian jaga yang IPC (IPA & IPS). Di denah kok dibilang IPS?

Hari I, ujian mulai jam 9 sampai jam 11.30 WITA, menguji Kemampuan Dasar: Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Matematika-nya aduh mak! Kok sulit sekali ya (atau aku yang sudah kelamaan tidak ketemu soal matematika ya)? Malah lebih mudah soal-soal Matematika pada Hari II (Kemampuan IPA). Kasian kan yang IPS, yang juga harus mengerjakan soal-soal Kemampuan Dasar ini. Bahasa Indonesia-nya sepertinya pilihan jawabannya mirip-mirip, belum pilihannya yang aneh-aneh kalimatnya (seperti di-copy and paste dari kalimat-kalimat di koran atau buku). Kesalahan struktur bahasa dibilang kesalahan ejaan. Atau mungkin aku yang sudah tidak mengerti lagi bahasa Indonesia. Bahasa Inggrisnya lumayan mudah lah.
Hari II, ujian mulai jam 08.30 sampai jam 11.00 WITA, menguji Kemampuan IPA: Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, dan IPA Terpadu. Jam 12.00 sampai jam 13.30 WITA menguji Kemampuan IPS: Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan IPS Terpadu. Seperti biasa, IPA Terpadu dan IPS Terpadu selalu menjadi soal paling sulit dan "aneh". Cuaca panasnya minta ampun. Para cama-cami itu kelihatan kuyup, tidak hanya karena soal, tapi juga karena 4 AC dan 2 kipas angin yang tidak berfungsi.

Soal dibuat dengan 2 tipe, ganjil dan genap. Yang nomor ujian ganjil dapet soal ganjil, begitu pula sebaliknya. Tempat duduk diatur sehingga secara horisontal dan vertikal mereka tidak mendapatkan soal yang sama. Enak yang menjadi pengawas, bisa santai.
Sebenarnya bukan soal yang berbeda sama sekali sih, cuma nomornya yang dipertukarkan. Bahaya betul kalo yang memeriksa (komputer Labkom UI ya?) sampai salah kunci jawaban. Seperti biasa, jawaban benar diberi nilai 4, yang salah minus 1, yang dikosongin dapet nilai 0. Jadi menjawab ngasal tidak mungkin. Ada satu orang cama yang 1 jam sudah selesai mengerjakan soal pada Hari I. Aku sampe tercengang. Sisa waktu dia habiskan dengan menggambar-gambar di bagian belakang buku soal. Aku pikir ni anak jenius apa ya? Ternyata pada Hari II dia sudah tidak muncul lagi. Rupanya hari I itu dia pusing dan menjawab asal saja.

Menurut situs SPMB 2006, pengumuman akan dilakukan secara online di situs tersebut pada tanggal 4 Agustus mulai jam 6 sore. Beda dengan apa yang dikatakan oleh pejabat di Unlam yang mengatakan bahwa pengumuman akan dilakukan pada 5 Agustus. Mungkin pengumuman secara offline, kali ya.

Kelihatannya persiapan untuk SPMB ini bagus juga. Unlam menyediakan fasilitas untuk ujian SPMB di RS bagi yang tidak bisa ujian bersama di Unlam karena sakit. Bahkan disediakan soal ujian dalam huruf Braille, walau ternyata tidak ada cama tunanetra yang mendaftar. Di Indonesia memang belum umum bagi tunanetra untuk mendapat perlakuan yang sama, sehingga wajar kalau si tunanetra sendiri tidak tahu bahwa disediakan fasilitas seperti ini untuknya. Tapi mestinya tidak berhenti di situ saja. Kalau sudah lulus, apakah cara belajarnya juga diadaptasi agar bisa diakses oleh tunanetra? Kalau ternyata tidak, ya, sia-sia saja.

Huff... SPMB. Banyak sekali yang berminat, dan jelas sekali hampir semua berusaha keras untuk menjawab dengan baik. Tapi tahukah mereka apa dan seperti apa nanti kuliah mereka? Apa saja mata kuliahnya nanti, apakah sesuai dengan pasar kerja, apakah mendorong mereka untuk mandiri, apakah sistem pendidikannya obyektif? Jarang sekali cama-cami yang mencari info sampai ke situ. Pokoknya kuliah, yang penting lulus di uni pilihan. Mau kurikulumnya kayak apa, cara ngajarnya kayak apa, lulusannya siap kerja atau tidak, itu bukan jadi acuan untuk memilih program studi/fakultas/universitas. Ujung-ujungnya, lulus jadi sarjana tanpa punya kemampuan untuk bekerja, tidak mampu bersaing, dan tidak mengerti mau jadi apa mereka sebenarnya. Akhirnya, kuliah bertahun-tahun hanya pemborosan saja. Sayang sekali, padahal biaya pendidikan semakin mahal. Ada gak ya pembimbingan di SMA untuk memilih program studi yang pas dari segi kemampuan akademik, minat, bakat, kemampuan finansial, trend pasar kerja, dan cita-cita?

Pics taken from: Banjarmasin Post

Monday, July 03, 2006

Promo Telkom Speedy di Banjarmasin

Dua hari yang lalu, ketika pulang kemaleman, aku lihat ada rame-rame di depan Telkom Banjarmasin. Kelihatannya jualan hape Flexi, tapi terus aku tertarik melihat ada banner Speedy di sana. Hmmm, sudah lama aku ingin tahu lebih banyak tentang ADSL Speedy. Selama ini tahunya cuma dari telemarketing (itu lo, orang yang menelpon secara random untuk menawarkan barang/jasa) dari Telkom sendiri, dari Divre-nya di Balikpapan. Waktu itu aku semacam disurvey gitu, ditanya ini-itu tentang kebiasaan ber-internet, lalu ditawarkan Speedy. Kebetulan my cousin Nana sudah pake ini cukup lama, dan katanya sih kalo sudah pake Speedy (ingat dia home user), koneksi internet yang laen pada kebanting semua deh. Wah, untuk tipe inter users macam Nana, this must be good. Cuma, nah ada cumanya, dan kalo ada kata cuma ini, biasanya mesti hati-hati. Lihat deh di bawah nanti ya.

Jadi kemaren sore, aku sempatkan ke sana (cieeeh, macam orang sibuk bener). Di depan ada stand-stand yang jualan hape CDMA, sekaligus kartu perdana Flexi. Flexy Trendy ya yang prabayar itu, lupa deh. Lah, mana stand Speedy-nya? Waktu aku nanya-nanya, ternyata disilakan masuk ke kantor Telkomnya. Oh, oke, sounds serious.

Pas aku masuk (lama juga tidak ke sini, terakhir kali sudah 5 tahunan yang lalu, waktu bayar tagihan telpon), dan settingnya diubah menjadi cafe dan internet. Banyak komputer layar datar di meja-meja, dan ada juga meja yang diisi orang-orang pake laptop. Kebetulan ada 1 kursi kosong. Aku didekati sama SPB (sales promotion boy-nya, oi oi, muda banget sih, ngerti gak dia dengan pertanyaan2ku ya? hehehe, ini karena aku selalu ketemu customer service bego dimana-mana. Modal tampang doang).

Mulailah pertanyaan-pertanyaanku yang biasa. Apa saja paketnya, kecepatannya, stabilitas, install awal, apa sudah masuk area cakupan, layanan CS-nya, kapan mulai launching-nya, dsb.

Ini ringkasannya:

Ada 2 jenis paket Speedy. Yang Limited dan Unlimited. Nah untuk yang Limited, ada 2, yaitu yang paket sampai 750 MB/bulan, kecepatan up to 64/384 kbps(download/upload), minimal 16 kbps, itu abonemennya Rp 300.000, overquota Rp 700/Mb; dan paket sampai 2000 MB/bulan, kecepatan sama, itu abonemennya Rp 700.000, overquota Rp 700/Mb.
Paket yang Unlimited ada 2, untuk yang Home User Rp 2 juta/bulan (!!!!), kecepatan sama; untuk warnet Rp 3 juta/bulan (!!!!), kecepatan sama. Gila nih, mahal amat???? Kok mirip warnet harganya Home User?
Harga instalasi semua sama: Rp 150.000. Plus beli modem, bisa modem biasa, bisa yang wireless. Kita disilakan beli sendiri modemnya, tapi dia kasih daftar modem yang dia lisensi (huh!). Katanya harganya mulai Rp 500.000 sampai Rp 3 juta (huh lagi!) Jadi kalo diambil harga modem Rp 1,5 juta, harga install awal adalah Rp 150.000 + Rp Rp 1,5 juta + langganan limited 700 MB Rp 300.000 = Rp 1,95 juta. Lebih murah sih daripada tawaran wireless dari bagus.net kemaren.


Nah, sekarang prakteknya. Aku coba komputernya. Aku buka lagi situs-situs lambat macam: Bhinneka, Detik, dan Gmail. Wah, cepat memang. Aku juga coba video streaming, lumayan lah untuk home user, agak patah-patah sih yang akhir-akhir. Jauhlah pokoknya dibandingkan dial-up nya Telkomnet sendiri ataupun bagus.net.

Sekarang aku mau banding-bandingkan dengan ADSL nya Indonet (yang ternyata juga ikut ke Telkom, huh!), maklum cuma ini ISP laen yang ada, kalo penyedia jaringan internet laennya yang mahal-mahal (dan rata-rata kliennya bukan home-user) itu tidak dimasukkan. Yang ADSL Limited, Paket 1000 Mb/bulan harganya Rp 300.000, overquota Rp 700/Mb, kecepatan up to 384 kbps; Paket 2000 Mb/bulan harganya Rp 500.000, overquota Rp 700/Mb, kecepatan sama. Ya namanya juga ngambil dari Telkom, ya sama deh. Tapi jangan bilang itu murah dulu, karena juga ada Telkom Fee, untuk Paket 2000 Mb/bulan, bayar Rp 200.000/bulan, overquota Rp 500/Mb; Paket 2000 Mb/bulan, bayar Rp 350.000/bulan, overquota Rp 500/Mb. Plus bayar registrasi Indonet Rp 200.000, dan bayar registrasi Telkom Rp 200.000.
Yang Unlimitednya tidak terjangkau nih: ke Indonet Rp 2 juta/bulan, kecepatan sama; ke Telkom bayar Rp 1.520.000. Registrasi awal bayar ke Indonet Rp 500.000, ke Telkom Rp 2,5 juta.


Jadi kalo banding-banding ke Telkom Speedy, untuk yang paket 750 Mb/bulan plus quota (biar sama dengan yang Indonet ADSL), dibandingkan dengan paket 1000 Mb/bulan Indonet, harganya lebih mahal Indonet Rp 250.000. Untuk paket yang 2000 Mb/bulan, lebih mahal Indonet Rp 100.000. Nah, kalo untuk Unlimited, lebih mahal Indonet Rp 1.520.000. Ini Telkom Speedy mau membunuh Indonet ya? Kok membunuh kliennya sendiri.

Terus kalo banding-banding harga registrasi, untuk limited, lebih mahal Indonet Rp 250.000, untuk Unlimited, lebih mahal Indonet jauh: Rp 2.500.000. Alamak!

Tapi eh tetapi, kok banyak keluhan ya tentang Telkom Speedy? Terutama masalah tagihan, dan ini sudah lama benar aku baca, sejak 2004, lo. Coba lihat situs-situs ini: koneksi putus-putus (harap maklum, ini Telkom), masalah tagihan yang berlebihan yang katanya karena kesalahan sistem tagihan (bisa berjuta-juta loh bo), ngeri kan? My cousin juga bilang dia pernah ditagih begitu berjuta-juta, tapi kemudian katanya itu bisa diatasi dengan mencabut semua koneksi kabel ke Speedy, jangan hanya dimatiin koneksinya di komputer aja. Di forum kafegaul juga diributin, katanya itungan Mb-nya cepet banget, trus kalo yang unlimited, bandwidth-nya dimainin sama Telkom. dan banyak lagi contoh-contoh lain, di Kompas juga sering disebut-sebut.
Aku kepingin sih koneksi yang cepat, tapi kalo pake tipu-tipu begini, males juga. Oya, ada juga loh mailing listnya Speedy, sampe 2 biji lagi, di Yahoo!Groups. Bisa ngendon di sana dulu beberapa lama, denger-dengerin berita.